BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pergeseran
garis pantai disebabkan adanya pembentukan sistem koloid yang disebut proses
pengendapan koloid. Terbentuknya delta pada muara sungai juga merupakan proses
pembentukan koloid. Di udara terdapat berbagai macam sistem koloid misalnya
polutan padat yang terdispersi dalam udara, yaitu asap dan debut. Kabut juga
termasuk dalam sistem koloid.
Jadi,
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara
larutan dan suspensi. Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi dengan ukuran
tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase
terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut
medium dispersi. Pada percobaan kali ini memiliki tujuan untuk mengetahui cara
pembuatan beberapa jenis koloid secara kondensasi dan dispersi.
Supaya
memiliki pengetahuan tentang sistem koloid, penulis melakukan percobaan kali
ini dengan beberapa percobaan seperti pembuatan sol Fe(OH)3, pembuatan sol
belerang, pembuatan gel agar –agar dan pembuatan emulsi minyak dalam air.
B.
TUJUAN
Membuat sistem koloid
dengan bahan – bahan yang ada di sekitar kita.
C.
LANDASAN TEORI
SISTEM
KOLOID
Koloid atau dispersi koloid (sistem koloid) adalah sistem dispersi dengan
ukuran partikel yang lebih besar dari laritan tapi lebih kecil dari suspensi,
dengan ukuran partikel antara 1nm-100nm sehingga tidak bisa diamati dengan mata
telanjang tetapi dapat diamati dengan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang
tinggi.
SUSPENSI,
LARUTAN, DAN KOLOID
1. Suspensi, merupakan sistem dispersi dengan partikel yang berukuran
relatif besar tersebar merta di dalam medium pendispersinya. Pada umumnya sistem dispersi merupakan campuran yang heterogen.
2. Larutan, merupakan system dispersi yang ukuran partikel-pertikelnya sangat
kecil, sehingga tidak dapat dibedakan (diamati) antara partikel pendispersi
dengan partikel terdispersi walaupun menggunkaan mikroskop ultra.
3. Koloid atau disebut juga dispersi koloid atau sistem koloid sebenarnya
merupakan sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar dari larutan
tetapi lebih kecil dari suspensi.
Larutan
(Dispersi Molekuler)
|
Koloid
(Dispersi Koloid)
|
Suspensi
(Dispersi Kasar)
|
Homogen,
tak dapat dibedakan walaupun menggunakan
mikroskop ultra.
|
S Secara mikroskopis bersifat homogen,
tetapi heterogen jika
diamati
dengan mikroskop ultra.
|
Heterogen.
|
Semua
partikel berdimensi (panjang, lebar, atau tebal) kurang dari 1nm.
|
P Partikel berdimensi anatara 1nm sampai
100nm.
|
Salah satu
atau semua dimensi partikel besar dari 100nm.
|
Satu fasa.
|
D Dua
fasa.
|
Dua fasa.
|
Stabil.
|
P Pada umunya stabil.
|
Tidak stabil.
|
Tidak
dapat disaring.
|
Ti Tidak
dapat disaring, kecuali dengan penyaringan ultra.
|
Dapat disaring
|
Contoh:
Larutan
gula, larutan garam, alkohol 70%, larutan cuka, airlaut, udara yang bersih,
dan bensin.
|
Contoh:
Sabun,
susu, santan, jeli, selai, mentega, dan mayones.
|
Contoh:
Air Sungai
yang keruh, campuran air dengan pasir, campuran kopi dengan air, dan campuran
minyak dengan air
|
JENIS-JENIS
KOLOID
Sistem koloid terdiri atas 2 fasa, yaitu fasa terdispersi dan fasa
pendispersi (medium dispersi). Berdasarkan jenis fasa terdispersi dan fasa
pendispersinya. Koloid dapat dibedakan menjadi 4 jenis sebagai berikut:
1. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut
aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat;
jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair. Banyak produk
dibuat dalam bentuk aerosol, seperti hair spray, obat nyamuk semprot, parfum,
cat semprot, dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan
pendorong (propelan aerosol).
2. Sol
Sistem koloid dari pertikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut
sol. Koloid jenis sol banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam industri.
3. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair disebut emulsi.
Syarat terjadinya emulsi ini adalah dua jenis zat cair itu tidak saling
melarutkan. Emulsi dapat digolongkan kedalam dua bagian, yaitu emulsi minyak
dalam air (M/A) dan emulsi air dalam minyak (A/M).
4. Buih
Sistem
koloid dari gas yang tedispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya
dengan emulsi,untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih.
SIFAT-SIFAT
KOLOID
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya)
oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul
koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John
Tyndall(1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu
disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan
terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya,maka larutan
tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid,
cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid
mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar
tersebut.Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil
sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
2. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan
partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu
(gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra,
maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak
membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Semakin kecil
ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin
besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal
ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak
ditemukan dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu.
Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang
dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown
dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula
sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
Adsorpsi ialah
peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan
partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel.
(Catatan : Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan
yang terjadi di dalam suatu partikel).
Sifat
adsorbsi digunakan dalam proses:
Pemutihan gula tebu. Norit.
Penjernihan air.
Elektroforesis adalah suatu proses
untuk menghitung berpindahnya ion atau partikel koloid bermuatan dalam medium
cair yang dipengaruhi oleh medan listrik. Yaitu, pergerakan partikel-partikel
koloid dalam medan listrik ke masing-masing elektrode. Prinsip kerja
elektroforesis digunakan untuk membersihkan asap hasil industri dengan alat
Cottrell.
5. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan.
Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk
koloid.
LARUTAN
HOMOGEN DAN HETEROGEN
1. Larutan
homogen, adalah jenis larutan yang antara zat terlarut dan zat pelarut menyatu
dan tidak dapat di bedakan, meskipun menggunakan mikroskop ultra.
2. Larutan
heterogen, adalah jenis larutan yang antara zat terlarut dan zat pelarut
menyatu dan dapat di bedakan, meskipun secara kasat mata.
D.
ALAT DAN BAHAN
a.
Alat:
Gelas beker - Pipet tetes
Spiritus - Lumpang dan alu
Spatula - Penjepit
Rak tabung reaksi
b.
Bahan:
Larutan FeCl3
Air suling
Serbuk belerang
Agar - agar powder
Minyak tanah
Gula pasir
E.
CARA KERJA
1.
Siapkan alat dan
bahan
2.
Pembuatan sol
Fe(OH)3
a.
Panaskan 50ml
air suling dalam gelas beker sampai mendidih dan tambahkan 25 tetes larutan
FeCl3, amati perubahan yang terjadi
3.
Pembuatan sol
belerang
a.
Campurakan 1
sendok gula dan 1 sendok belerang dalam lumping, lalu gerus sampai halus. Ambil
1 sendok teh campuran dengan sisanya dibuang kemudian tambahkan 1 sendok gula
dan gerus hingga halus. Lakukan sampai 4 kali. Tuangkan sedikit campuran
terakhir dalam gelas beker dan tambahkan 50ml air suling kemudian aduklah.
4.
Pembuatan gel
agar – agar
a.
Isilah tabung
reaksi dengan air sampai setengah tabung. Tambahkan 1 sendok spatula agar –
agar dan aduklah, panaskan sampai mendidih kemudian dinginkan.
5.
Pembuatan emulsi
minyak dan air
a.
Masukan 5ml air,
tambahkan 1ml minyak tanah dalam tabung eaksi, goncangkan kemudian letakan
dalam rak tabung.masukan 5ml air, 1ml miyak tanah dan 1ml larutan detergen.
Goncangkan kemudian letakan pad arak tabung. Perhatikan apa yang terjadi.
BAB II
ISI
A. HASIL PENGAMATAN
NO
|
Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
|
1.
|
Pembuatan sol Fe(OH)3
|
Campuran
air mendidih dengan FeCl3 menjadi lebuh kental dan Fe(OH)3 warnanya coklat
kemerahan.
|
|
2.
|
Pembuatan sol belerang
|
Membentuk
campuran yang berwarna putih keruh dan setelah dibiarkan agak lama ada
endapan pada bagian bawah campuran.
|
|
3.
|
Pembuatan gel agar – agar
|
Setelah didinginkan atau dibiarkan sejenak, menjadi padat
seperti gel dan warnanya coklat kemerahan.
|
|
4.
|
Pembuatan emulsi minyak dan air
|
-Air dan
minyak tanah tidak tercampur, dan minyak tanah berada diatas air.
-Minyak tanah
dapat tercampur dengan air dengan bantuan detergen.
|
|
1.
Percobaan
pembuatan sol Fe(OH)3
Pada percobaan
pertama dalam pembuatan sol Fe(OH)3. Langkah pertama adalah dengan
menuangkan 50 ml air suling ke dalam gelas
beker yang
dipanaskan hingga mendidih. Setelah itu menambahkan 25 tetes larutann
FeCl3. Pemanasan tersebut ditujukan untuk mempercepat proses pendispersian.Warna coklat
kemerahan menunjukan bahwa sol Fe(OH)3
sudah terbentuk.
Berdasarkan
uraian di atas pembuatan sol Fe(OH)3 menggunakan cara kondensasi,
yaitu reaksi hidrolisis. Karena koloid tersebut dibuat dengan menambahan air
dan garam FeCl3.
2. Percobaan pembuatan sol belerang
Pada percobaan kedua dalam pembuatan sol belerang.
Langkah pertama adalah dengan mencampurkan 1 sendok gula pasir dan 1 sendok
belerang ke dalam lumpang
dan digerus sampai halus. Kemudian campuran tersebut diambil 1 sendok untuk digerus lagi dengan 1 sendok gula
pasir, kegiatan tersebut dilakukan hingga 4 kali. Campuran
terakhir dituangkan sedikit ke dalam gelas kimia yang berisi air suling 50 ml kemudian
diaduk.
Belerang
memiliki sifat hidrofob sehingga belerang tidak dapat larut dalam air.Pada
pembuatan sol belerang kita lakukan dengan cara dispersi yaitu dengan pemecahan
partikel kasar menjadi partikel koloid melalui cara penghalusan dan mengaduknya
dalam air.
3. Percobaan pembuatan gel agar – agar
Pada percobaan ketiga dalam pembuatan agar-agar. Langkah
yang pertama, agar-agar bubuk diambil 1 spatula kemudian dimasukkan dalam
tabung reaksi yang berisi air
suling setengah tabung. Tabung tersebut dipanaskan di atas spiritus menggunakan
penjepit tabung sampai mendidih. Selanjutnya ditunggu hingga dingin. Proses pemanasan pada pembuatan
agar-agar dimaksudkan agar butir-butir kasar endapan agar-agar dapat menjadi
partikel koloid.
Dari hasil
pengamatan maka agar-agar tergolong jenis kolid emulsi padat dengan fase
terdispersi cair dan medium pendispersi padat. Cara pembuatan agar-agar
termasuk dalam cara dispersi dengan cara peptisasi karena dari butir-butir
kasar agar-agar membutuhkan zat pemecah yang berupa air agar dapat menjadi
partikel koloid.
4. Percobaan pembuatan emulsi minyak dan air
Pada percobaan keempat dalam pembuatan emulsi minyak dan
air. Langkah yang dilakukan pertama adalah dengan memasukkan 5 ml air suling dan 1ml minyak
tanah ke dalam
tabung reaksi lalu
digoyang-goyangkan dan diamati. Selanjutnya memasukkan 5 ml air suling, 1 ml minyak tanah dan 1 ml larutan detergen ke
dalam tabung reaksi lalu digoyang-goyangkan dan diamati. Air jika ditambahkan
dengan minyak tergolang dalam jenis koloid emulsi karena melibatkan campuran
dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika dicampurkan. Namun saat
ditambahkan dengan detergen, air dan nminyak dapat bercampur karena adanya zat
emulator yang berupa detergen.
a.
Pertanyaan:
1.
Mengapa
pembuatan sol Fe(OH)3 digolongkan sebagai cara kondensasi? Tuliskan
reaksinya.
2.
Apa
yang dimaksud sol? Berikan contohnya.
3.
Apa
yang dapat diamati pada pemanasan agar-agar, dan bagaimana jika sudah dingin?
4.
Apa
yang dimaksud emulsi? Apa fungsi sabun pada pembuatan emulsi?
b.
Jawaban:
1. Pembuatan sol Fe(OH)3 digolongkan
sebagai cara kondensasi karena merupakan penggabungan partikel yang berasal
dari air dengan partikel yang berasal dari FeCl3 melalui pemanasan
sehingga membentuk Fe(OH)3 sebagai sistem koloid.
2.
Sol
ialah koloid dengan zat terdispersinya padat.
Berdasarkan fase mediumnya sol dibagi menjadi 3 yaitu:
a.
Sol
padat (padat-padat)
Sol padat adalah
jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat padat.
Contoh: logam
paduan,kaca berwarna,intan hitam dan baja.
b.
Sol
cair (padat-cair)
Sol cair atau
disebut sol adalah jenis koloid dengn zat fase padat terdispersi dalam zat fase
cair.
Contoh:
cat,tinta,dan kanji
c.
Sol
gas (padat-gas)
Sol gas (aerosol
padat) adalah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase gas.
Contoh:
asap dan debu
3. Yang dapat diamati pada pemanasan agar-agar
adala perubahan bentuk larutan yang terbentuk setelah pemanasan agar – agar
dihentikan. Dan ketika sudah dingin, agar - agar akan berbtekstur diamana hal
tersebut merupakan penggumpalan dari sol menjadi gel dan apabila ditinjau dari
terdispersinya agar-agar terdispersi dalam air.
4. Emulsi adalah sistem koloid yang fase
terdispersi dan medium pendispersinya zat cair. Fungsi sabun dalam pembuatan emulsi minyak dan air
adalah berperan sebagai zat emulgator yang akan membuat minyak dan air yang
tadinya tidak dapat bercampur menjadi dapat bercampur.
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN - Ada beberapa cara dalam membuat koloid, yaitu cara kondensasi dan cara dispersi. Cara kondensasi yaitu dengan menggabungkan partikel-partikel halus menjadi lebih kasar melalui suatu reaksi kimia. Dalam percobaan ini dapat dilakukan dengan cara hidrolisis .Sedangkan cara dispersi yaitu dengan memecah partikel-partikel kasar menjadi partikel yang lebih halus atau partikel koloid.
- Pembuatan sol Fe(OH)3 digolongkan sebagai cara kondensasi karena merupakan penggabungan partikel yang berasal dari air dengan partikel yang berasal dari FeCl3 melalui pemanasan sehingga membentuk Fe(OH)3 sebagai sistem koloid.
- Pada pembentukan sol belerang belerang harus dihaluskan dan dilarutkan bersama gula karena belerang tidak larut dalam air. Fungsi gula pada proses ini adalah sebagai zat yang membantu belerang membentuk koloid di dalam air karena sifat gula yaitu akan membentuk larutan di dalam air.
- Agar-agar tergolong jenis kolid emulsi padat dengan fase terdispersi cair dan medium pendispersi padat
- Air tidak akan pernah bercampur dengan minyak karena adanya perbedaan massa jenis.Massa jenis minyak yang lebih kecil dari air membuat minyak akan selalu berada di atas air.Detergen/sabun dapat membuat air dan minyak membentuk emulsi karena gugus polar pada minyak memiliki sifat hidrofil sedangkan gugus nonpolarnya akan menarik minyak dan mendispersikannya ke dalam air sehingga membentuk sistem koloid.
- Pada pembuatan sol belerang dan emulsi minyak digolongkan sebagai pembuatan koloid dengan cara dispersi karena partikel kasar/tidak stabil (belerang dan minyak) dipecah menjadi partikel koloid yaitu sol belerang dan emulsi minyak
Dalam
praktikum ini, diaharapkan siswa agar:
1. Melakukan praktikum dengan sungguh – sungguh agar
pengamatan berhasil
2. Selalu menjaga keamanan dan kerapian laboratorium dengan meletakan peralatan lab
sesuai tempat yang ditentukan
3. Menuci
peralatan praktikum sesudah maupun sebelum menggunakannya untuk menjaga
kebersihannya.
C. DAFTAR PUSTAKA
Kamaludin, Agus.2009. Cara Cepat
Kuasai Konsep Kimia dalam 8 jam. Yogyakarta: Andi.
Retnowati, Priscilla. 2008.
Seribu Pena Kimia untuk SMA/Ma Kelas XI. Semarang: Erlangga.
makasi kak, sangat membantu :v
ReplyDeleteuuh sayang
DeleteMakasih kak, sangat membantu
ReplyDeleteSo wonderful
ReplyDelete