Sunday, 19 February 2017

Laporan Kimia Pembuatan KOLOID

remember to leave your comments ;)



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Pergeseran garis pantai disebabkan adanya pembentukan sistem koloid yang disebut proses pengendapan koloid. Terbentuknya delta pada muara sungai juga merupakan proses pembentukan koloid. Di udara terdapat berbagai macam sistem koloid misalnya polutan padat yang terdispersi dalam udara, yaitu asap dan debut. Kabut juga termasuk dalam sistem koloid.
Jadi, Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi. Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium dispersi. Pada percobaan kali ini memiliki tujuan untuk mengetahui cara pembuatan beberapa jenis koloid secara kondensasi dan dispersi.
Supaya memiliki pengetahuan tentang sistem koloid, penulis melakukan percobaan kali ini dengan beberapa percobaan seperti pembuatan sol Fe(OH)3, pembuatan sol belerang, pembuatan gel agar –agar dan pembuatan emulsi minyak dalam air.

B.     TUJUAN
Membuat sistem koloid dengan bahan – bahan yang ada di sekitar kita.

C.     LANDASAN TEORI
SISTEM KOLOID

Koloid atau dispersi koloid (sistem koloid) adalah sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar dari laritan tapi lebih kecil dari suspensi, dengan ukuran partikel antara 1nm-100nm sehingga tidak bisa diamati dengan mata telanjang tetapi dapat diamati dengan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi.



SUSPENSI, LARUTAN, DAN KOLOID

1.      Suspensi, merupakan sistem dispersi dengan partikel  yang berukuran relatif besar tersebar merta di dalam medium pendispersinya. Pada umumnya sistem dispersi merupakan campuran yang heterogen.
2.      Larutan, merupakan system dispersi yang ukuran partikel-pertikelnya sangat kecil, sehingga tidak dapat dibedakan (diamati) antara partikel pendispersi dengan partikel terdispersi walaupun menggunkaan mikroskop ultra.
3.      Koloid atau disebut juga dispersi koloid atau sistem koloid sebenarnya merupakan sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar dari larutan tetapi lebih kecil dari suspensi. 

Larutan
(Dispersi Molekuler)

Koloid
(Dispersi Koloid)

Suspensi
(Dispersi Kasar)
Homogen, tak dapat dibedakan walaupun     menggunakan   mikroskop ultra.
S  Secara mikroskopis bersifat homogen,  tetapi heterogen jika
diamati dengan mikroskop ultra.
Heterogen.
Semua partikel berdimensi (panjang,  lebar, atau tebal) kurang dari 1nm.
P   Partikel berdimensi anatara 1nm sampai 100nm.
Salah satu atau semua dimensi partikel besar dari 100nm.
Satu fasa.
D Dua fasa.
Dua fasa.
Stabil.
P  Pada umunya stabil.
Tidak stabil.
Tidak dapat disaring.
Ti Tidak dapat disaring, kecuali dengan penyaringan ultra.
Dapat disaring
Contoh:
Larutan gula, larutan garam, alkohol 70%, larutan cuka, airlaut, udara yang bersih, dan bensin.


Contoh:
Sabun, susu, santan, jeli, selai, mentega, dan mayones.
Contoh:
Air Sungai yang keruh, campuran air dengan pasir, campuran kopi dengan air, dan campuran minyak dengan air


JENIS-JENIS KOLOID

Sistem koloid terdiri atas 2 fasa, yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi (medium dispersi). Berdasarkan jenis fasa terdispersi dan fasa pendispersinya. Koloid dapat dibedakan menjadi 4 jenis sebagai berikut:

1.      Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair. Banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti hair spray, obat nyamuk semprot, parfum, cat semprot, dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol).

2.      Sol
Sistem koloid dari pertikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid jenis sol banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri.

3.      Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan kedalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) dan emulsi air dalam minyak (A/M).

4.      Buih
Sistem koloid dari gas yang tedispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya dengan emulsi,untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih.

SIFAT-SIFAT KOLOID

1.      Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall(1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya,maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati. 

2.      Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan  tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

3.      Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. (Catatan : Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel).
Sifat adsorbsi digunakan dalam proses:
­   Pemutihan gula tebu. 
­   Norit. 
   Penjernihan air.

4.      Elektroforesis
Elektroforesis adalah suatu proses untuk menghitung berpindahnya ion atau partikel koloid bermuatan dalam medium cair yang dipengaruhi oleh medan listrik. Yaitu, pergerakan partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing elektrode. Prinsip kerja elektroforesis digunakan untuk membersihkan asap hasil industri dengan alat Cottrell.
5.      Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.

LARUTAN HOMOGEN DAN HETEROGEN

1.      Larutan homogen, adalah jenis larutan yang antara zat terlarut dan zat pelarut menyatu dan tidak dapat di bedakan, meskipun menggunakan mikroskop ultra.

2.      Larutan heterogen, adalah jenis larutan yang antara zat terlarut dan zat pelarut menyatu dan dapat di bedakan, meskipun secara kasat mata.

D.    ALAT DAN BAHAN
a.       Alat:
­   Gelas beker                 -  Pipet tetes
­   Spiritus                        -  Lumpang dan alu
­   Spatula                                    -  Penjepit
­   Rak tabung reaksi      

           
b.      Bahan:
­   Larutan FeCl3
­   Air suling
­   Serbuk belerang
­   Agar - agar powder
­   Minyak tanah
­   Gula pasir

E.     CARA KERJA
1.      Siapkan alat dan bahan
2.      Pembuatan sol Fe(OH)3
a.       Panaskan 50ml air suling dalam gelas beker sampai mendidih dan tambahkan 25 tetes larutan FeCl3, amati perubahan yang terjadi
3.      Pembuatan sol belerang
a.       Campurakan 1 sendok gula dan 1 sendok belerang dalam lumping, lalu gerus sampai halus. Ambil 1 sendok teh campuran dengan sisanya dibuang kemudian tambahkan 1 sendok gula dan gerus hingga halus. Lakukan sampai 4 kali. Tuangkan sedikit campuran terakhir dalam gelas beker dan tambahkan 50ml air suling kemudian aduklah.
4.      Pembuatan gel agar – agar
a.       Isilah tabung reaksi dengan air sampai setengah tabung. Tambahkan 1 sendok spatula agar – agar dan aduklah, panaskan sampai mendidih kemudian dinginkan.
5.      Pembuatan emulsi minyak dan air
a.       Masukan 5ml air, tambahkan 1ml minyak tanah dalam tabung eaksi, goncangkan kemudian letakan dalam rak tabung.masukan 5ml air, 1ml miyak tanah dan 1ml larutan detergen. Goncangkan kemudian letakan pad arak tabung. Perhatikan apa yang terjadi.




BAB II
ISI
A.    HASIL PENGAMATAN
NO
Percobaan
Hasil Pengamatan

1.
Pembuatan sol Fe(OH)3
Campuran air mendidih dengan FeCl3 menjadi lebuh kental dan Fe(OH)3 warnanya coklat kemerahan.

2.
Pembuatan sol belerang
Membentuk campuran yang berwarna putih keruh dan setelah dibiarkan agak lama ada endapan pada bagian bawah campuran.

3.
Pembuatan gel agar – agar
Setelah didinginkan atau dibiarkan sejenak, menjadi padat seperti gel dan warnanya coklat kemerahan.

4.
Pembuatan emulsi minyak dan air
-Air dan minyak tanah tidak tercampur, dan minyak tanah  berada diatas air.
-Minyak tanah dapat tercampur dengan air dengan bantuan detergen.





B.     ANALISIS DATA
1.      Percobaan pembuatan sol Fe(OH)3
Pada percobaan pertama dalam pembuatan sol Fe(OH)3. Langkah pertama adalah dengan menuangkan 50 ml air suling ke dalam gelas beker yang dipanaskan hingga mendidih. Setelah itu menambahkan 25 tetes larutann FeCl3. Pemanasan tersebut ditujukan untuk mempercepat  proses pendispersian.Warna coklat kemerahan  menunjukan bahwa sol Fe(OH)3 sudah terbentuk. Berdasarkan uraian di atas pembuatan sol Fe(OH)3 menggunakan cara kondensasi, yaitu reaksi hidrolisis. Karena koloid tersebut dibuat dengan menambahan air dan garam FeCl3.

2.      Percobaan pembuatan sol belerang
Pada percobaan kedua dalam pembuatan sol belerang. Langkah pertama adalah dengan mencampurkan 1 sendok gula pasir dan 1 sendok belerang ke dalam lumpang dan digerus sampai halus. Kemudian campuran tersebut diambil 1 sendok  untuk digerus lagi dengan 1 sendok gula pasir, kegiatan tersebut dilakukan hingga 4 kali. Campuran terakhir dituangkan sedikit ke dalam gelas kimia yang berisi air suling 50 ml kemudian diaduk. Belerang memiliki sifat hidrofob sehingga belerang tidak dapat larut dalam air.Pada pembuatan sol belerang kita lakukan dengan cara dispersi yaitu dengan pemecahan partikel kasar menjadi partikel koloid melalui cara penghalusan dan mengaduknya dalam air.

3.      Percobaan pembuatan gel agar – agar
Pada percobaan ketiga dalam pembuatan agar-agar. Langkah yang pertama, agar-agar bubuk diambil 1 spatula kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi air suling setengah tabung. Tabung tersebut dipanaskan di atas spiritus menggunakan penjepit tabung sampai mendidih. Selanjutnya ditunggu hingga dingin. Proses pemanasan pada pembuatan agar-agar dimaksudkan agar butir-butir kasar endapan agar-agar dapat menjadi partikel koloid. Dari hasil pengamatan maka agar-agar tergolong jenis kolid emulsi padat dengan fase terdispersi cair dan medium pendispersi padat. Cara pembuatan agar-agar termasuk dalam cara dispersi dengan cara peptisasi karena dari butir-butir kasar agar-agar membutuhkan zat pemecah yang berupa air agar dapat menjadi partikel koloid.

4.      Percobaan pembuatan emulsi minyak dan air
Pada percobaan keempat dalam pembuatan emulsi minyak dan air. Langkah yang dilakukan pertama adalah dengan memasukkan 5 ml air suling dan 1ml minyak tanah ke dalam tabung reaksi lalu digoyang-goyangkan dan diamati. Selanjutnya memasukkan 5 ml air suling, 1 ml minyak tanah dan 1 ml larutan detergen ke dalam tabung reaksi lalu digoyang-goyangkan dan diamati. Air jika ditambahkan dengan minyak tergolang dalam jenis koloid emulsi karena melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika dicampurkan. Namun saat ditambahkan dengan detergen, air dan nminyak dapat bercampur karena adanya zat emulator yang berupa detergen.

C.     JAWABAN PERTANYAAN
a.       Pertanyaan:
1.      Mengapa pembuatan sol Fe(OH)3 digolongkan sebagai cara kondensasi? Tuliskan reaksinya.
2.      Apa yang dimaksud sol? Berikan contohnya.
3.      Apa yang dapat diamati pada pemanasan agar-agar, dan bagaimana jika sudah dingin?
4.      Apa yang dimaksud emulsi? Apa fungsi sabun pada pembuatan emulsi?

b.      Jawaban:
1.      Pembuatan sol Fe(OH)3 digolongkan sebagai cara kondensasi karena merupakan penggabungan partikel yang berasal dari air dengan partikel yang berasal dari FeCl3 melalui pemanasan sehingga membentuk Fe(OH)3 sebagai sistem koloid.
2.      Sol ialah koloid dengan zat terdispersinya padat. Berdasarkan fase mediumnya sol dibagi menjadi 3 yaitu:
a.       Sol padat (padat-padat)
Sol padat adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat padat.
Contoh: logam paduan,kaca berwarna,intan hitam dan baja.
b.      Sol cair (padat-cair)
Sol cair atau disebut sol adalah jenis koloid dengn zat fase padat terdispersi dalam zat fase cair.
Contoh: cat,tinta,dan kanji
c.       Sol gas (padat-gas)
Sol gas (aerosol padat) adalah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase gas.
Contoh: asap dan debu
3.      Yang dapat diamati pada pemanasan agar-agar adala perubahan bentuk larutan yang terbentuk setelah pemanasan agar – agar dihentikan. Dan ketika sudah dingin, agar - agar akan berbtekstur diamana hal tersebut merupakan penggumpalan dari sol menjadi gel dan apabila ditinjau dari terdispersinya agar-agar terdispersi dalam air.
4.      Emulsi adalah sistem koloid yang fase terdispersi dan medium pendispersinya zat cair. Fungsi sabun dalam pembuatan emulsi minyak dan air adalah berperan sebagai zat emulgator yang akan membuat minyak dan air yang tadinya tidak dapat bercampur menjadi dapat bercampur.
BAB II
PENUTUP
A.    KESIMPULAN 
  1. Ada beberapa cara dalam membuat koloid, yaitu cara kondensasi dan cara dispersi. Cara  kondensasi yaitu dengan menggabungkan partikel-partikel halus menjadi lebih kasar melalui suatu reaksi kimia. Dalam percobaan ini dapat dilakukan dengan cara hidrolisis .Sedangkan cara dispersi yaitu dengan memecah partikel-partikel kasar menjadi partikel yang lebih halus atau partikel koloid.
  2. Pembuatan sol Fe(OH)3 digolongkan sebagai cara kondensasi karena merupakan penggabungan partikel yang berasal dari air dengan partikel yang berasal dari FeCl3 melalui pemanasan sehingga membentuk Fe(OH)3 sebagai sistem koloid.
  3. Pada pembentukan sol belerang belerang harus dihaluskan dan dilarutkan bersama gula karena belerang tidak larut dalam air. Fungsi gula pada proses ini adalah sebagai zat yang membantu belerang membentuk koloid di dalam air karena sifat gula yaitu akan membentuk larutan di dalam air.
  4. Agar-agar tergolong jenis kolid emulsi padat dengan fase terdispersi cair dan medium pendispersi padat
  5. Air tidak akan pernah bercampur dengan minyak karena adanya perbedaan massa jenis.Massa jenis minyak yang lebih kecil dari air membuat minyak akan selalu berada di atas air.Detergen/sabun dapat membuat air dan minyak membentuk emulsi karena gugus polar pada minyak memiliki sifat hidrofil sedangkan gugus nonpolarnya akan menarik minyak dan mendispersikannya ke dalam air sehingga membentuk sistem koloid.
  6. Pada pembuatan sol belerang dan emulsi minyak digolongkan sebagai pembuatan koloid dengan cara dispersi karena partikel kasar/tidak stabil (belerang dan minyak) dipecah menjadi partikel koloid yaitu sol belerang dan emulsi minyak 
B.     SARAN
Dalam praktikum ini, diaharapkan siswa agar:
1.   Melakukan praktikum dengan sungguh – sungguh agar pengamatan berhasil
2.   Selalu menjaga keamanan dan kerapian laboratorium dengan meletakan peralatan lab sesuai tempat yang ditentukan
3.  Menuci peralatan praktikum sesudah maupun sebelum menggunakannya untuk menjaga kebersihannya.
C.     DAFTAR PUSTAKA
Kamaludin, Agus.2009. Cara Cepat Kuasai Konsep Kimia dalam 8 jam. Yogyakarta: Andi.
Retnowati, Priscilla. 2008. Seribu Pena Kimia untuk SMA/Ma Kelas XI. Semarang: Erlangga.

4 comments: